Feeds:
Posts
Comments

Archive for November, 2013

Jika benar ada rasa di dalam hatimu untukku, maka cintailah aku karena Allah. Jangan pernah engkau umbar cinta itu. Janganlah pernah engkau mengajakku untuk menjalin hubungan yang dimurkaiNya. Biar saja kesucian cinta itu mengalun dalam diammu.

Jika benar ada rasa di dalam hatimu untukku, jangan biarkan kesucian cinta itu terkalahkan oleh hawa nafsumu, mengusik ketenangan jiwamu, dan membutakan hatimu terhadap kecintaanmu padaNya.

Jika benar ada rasa di dalam hatimu untukku, pasrahkan saja semua kepadaNya. Dialah yang akan menuntun hatimu. Menuntun kearah manakah cinta itu akan menepi. Tak perlu engkau risau, jika semua karena Allah, Dialah yang akan mengalunkan melodi cinta itu.

Allah tau mana yang terbaik untukku dan untukmu. Jika cinta yang engkau punya untukku menambah keimananMu padaNya, menggerakkan ragamu kepada kebaikan, dan mengalunkan jiwamu untuk terus memperbaiki diri, aku sangat bersyukur. Tetapi jika cinta itu hanya merobohkan keimananmu, mendorong jiwamu untuk mendurhakaiNya, dan memperdaya dirimu pada kemaksiatan, aku mohon, kubur dalam-dalam cinta yang tumbuh di dalam hatimu.

Wahai insan yang baik,

Jika kesiapan sudah berpihak kita. Jika cintamu kepadaku belum pudar, maka beranikanlah dirimu untuk menemui orang tuaku. Akan aku hargai penantian panjangmu. Janganlah engkau takut kalau aku tak mencintaimu pada awalnya. Karena jika semua memang karena Allah, Dia mampu tumbuhkan cinta 🙂

Yang harus kita lakukan sekarang ini adalah terus memperbaiki diri. Memurnikan segala niat hanya kepadaNya. Memperbanyak amalan di masa muda kita. Menjalankan segala perintah dan sunnahNya. Semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang dijanjikan oleh Allah dalam KitabNya :

     ……perempuan yang baik adalah untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik adalah untuk perempuan yang baik. (An-Nur:26)

-Katakan “I love you” sejuta kali, tak secuil pun ku korbankan hatiku untukmu. Katakan “Ijab Qabul” sekali, kan kuserahkan seluruh jiwa ragaku untukmu-

Gambar

Gambar

Read Full Post »

Dari Abu Ruqayah Tamim bin Aus Ad Dari r.a bahwa Nabi saw bersabda,” Agama itu adalah ketulusan.” Kami bertanya,”Untuk siapa?” Beliau menjawab,”Untuk Allah, Kitab-Nya, Rosul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan umat pada umumnya.” (HR. Muslim)

Sebuah hadist yang saya temukan di masjid pagi tadi. Tidak tahu kenapa, sampai detik ini hadist tersebut masih mengusik pikiran saya. Ketika membaca hadist tersebut, sebuah dentuman tajam seperti mengoyak hati saya. Saya terdiam ketika otak saya mencoba mencerna sebuah kata yang saya temukan dalam hadist tersebut … “Ketulusan”

Yaa … ketulusan …

Apa itu ketulusan?

Apakah setiap ibadah yang saya lakukan ada makna ketulusan di dalamnya? Atau hanya ingin disanjung oleh sesama?

Apakah makna dari ketulusan itu sudah mendarah daging di hati saya? Atau ia hanya bertengger saja?

Terkadang kita lupa akan makna dari ketulusan tersebut. Kita lupa menambahkan ketulusan dalam setiap ibadah kita. Hati kita ini terkadang terlalu keras untuk di ketuk, sehingga ibadah yang kita jalankan terasa hambar. Tidak ada nikmatnya, hanya “yaa, yang penting sudah saya kerjakan.” Tidak menjadikan Allah sebagai tujuan.

Saya terkesan dengan kisah Rabiah (seorang sufi wanita terkenal dari Bahsrah) -yang sangat terpandang sebagai wali Allah karena kesalehannya. Beliau menuturkan, bahwa ketulusan kepada Allah tidak boleh mengharapkan pahala atau untuk menghindarkan siksa, tetapi semata-mata berusaha melaksanakan kehendak Allah, dan melakukan apa yang bisa menyenangkan-Nya, sehingga Ia kita agungkan. Hanya kepada hamba yang mencintai-Nya dengan cara seperti itu, Allah akan menyibakkan diri-Nya dengan segala keindahannya yang sempurna. Saya tercengang ketika beliau berdoa kepada Allah, bisa disebut doa tersebut “doa mistik”

“Oh Tuhan, jika aku menyembahmu karena takut akan api neraka, maka bakarlah aku di dalamnya. Dan jika aku menyembahmu karena berharap surga, maka campakanlah aku dari sana; Tapi jika aku menyembahmu karena Engkau semata, maka janganlah engkau sembunyikan keindahan-Mu yang abadi.”

Cukup indah yaa .. mungkin begitulah orang-orang yang memiliki ketulusan yang sudah mengakar kuat di dalam hati dan jiwanya. Hanya Allah sebagai tujuan. Hanya Allah yang selalu diagungkan. Pujian? Ah janganlah engkau biarkan ia mengalun dalam hatimu. Anggaplah pujian itu hanya sebagai imbas karena ketaqwaanmu padaNya. Jangan biarkan jiwamu terperangkap dalam kedangkalan akan sanjungan manusia, tapi jadikan jiwamu menari-nari dalam kesempurnaanNya.

Yuuk, mari perbaiki diri. Sebelum kita sampai di ambang batas usia. Dan jangan lupa, selalu sertakan keikhlasan dan setiap ketulusan ^__^

iman adalah mata yang terbuka,
mendahului datangnya cahaya
tapi jika terlalu silau, pejamkan saja
lalu rasakan hangatnya keajaiban (Salim A. Fillah)

Read Full Post »

ketika keraguan mendayu-dayu dalam pikiranmu,

ketika lawan penuh potensi ada di sekitarmu,

seketika sekerlip keputusasaan melambai-lambai,

menginginkanmu untuk menyapanya

tetapi …

sekejab hati meronta,

ia tak ingin kau mundur

ingatan akan perjuangan selama ini

ingatan akan orang tua

dan ingatan betapa bahagianya engkau ketika cita-citamu berhasil kau rengkuh

menyadarkanmu

jangan kau pedulikan lawanmu

yakinlah ..

bukankah kau punya Tuhan pemilik segalanya?

tak perlu engkau sanksikan,

percayalah … berusahalah … bertarunglah sampai akhir

kan kau temui, apa yang menjadi jawaban Tuhan atas doa dan jerih payahmu 🙂

Read Full Post »

Sang Penutup Masa

Namanya berulang kali disebutNya

Kisahnya bertebar hampir tiap surah

Dia terkisah sebagai penguat jiwa dan hati orang-orang yang lemah

Dia emban risalah dengan gelar Al Amin yang mahsyur

dipilihNya dari pribadi yang terjaga kesempurnaannya

Tetapi ……

Orang terpuji tak lepas dari uji

Al Amin yang terpercaya

yang menjunjung tinggi kejujuran

yang 40 tahun hidup bersih tanpa cacat, terhenyak!

Sebuah risalah besar harus dipikulnya

Ketika kebenaran bahwa tiada Illah selain Rabb

ada di pundaknya

Semua berucap, “Dusta Kau hai Muhammad!”

Sekejab,

air matanya harus ia relakan menitik

tubuhnya berpeluh

Dalam kesadaran akan beratnya beban

secercah senyum masih ia torehkan

Kini aku tahu, sungguh tak mudah menjadi wahai insan yang terjaga kesempurnaannya

Dalam segala keterbatasan, Allah berikan lawan penuh kuasa

Hinaan, cercaan, rontaan mereka

bagai taburan duri di haluannya

Mengapa mereka tetap mendustakan Engkau, ya Muhammad?

Kini aku tahu,

Mereka menggonggong seolah-olah dia adalah

Mudzammam si tercela

Padahal,

Dia adalah Muhammad

Semulia-mulia hati

Semurni-murni teladan

Dan seagung-agungnya akhlak

Yaa, kini aku tahu

Sungguh tak mudah menjadimu ..

Untukmu insan yang di dalam hatinya ada sekerlip iman yang nyata 🙂

(Coretan puisi untuk tugas bahasa Indonesia, tetapi masih banyak yang perlu diperbaiki karena belum sesuai dengan kriteria puisi. Terinspirasi dari kisah Nabi Muhammad, Nabi yang agung lagi mulia ^^)

Gambar

Read Full Post »